Militer AS Ambil Tindakan Tegas Setelah Tragedi Pesawat Osprey di Laut Jepang

Militer AS menahan seluruh armada pesawat Osprey setelah kecelakaan mematikan pekan lalu di lepas pantai Jepang.

Komando Operasi Khusus Angkatan Udara menyatakan dalam pernyataan pada hari Rabu, waktu setempat, langkah ini diambil untuk "mengurangi risiko selama penyelidikan berlanjut" terkait kecelakaan pada 29 November yang menewaskan delapan anggota udara AS.

Komando Sistem Udara Angkatan Laut menyatakan bahwa mereka juga mengikuti langkah tersebut.

Pesawat hibrida V-22 Osprey, yang dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal seperti helikopter dan memutar baling-balingnya ke depan untuk terbang seperti pesawat, telah terlibat dalam tiga kejadian fatal dalam waktu sedikit lebih dari setahun.

Salah satunya terjadi di Australia.

Kecelakaan di atas Kepulauan Tiwi di Northern Territory menewaskan tiga Marinir AS pada bulan Agustus.

Pesawat itu jatuh saat sedang mengangkut pasukan selama Latihan Predators Run, latihan militer yang diselenggarakan di Northern Australia oleh militer Amerika Serikat, Australia, Indonesia, Filipina, dan Timor Leste.

Sementara tiga Marinir meninggal dalam kecelakaan itu, lima lainnya diterbangkan ke Rumah Sakit Royal Darwin dalam kondisi serius.

Ada delapan kru di dalam pesawat CV-22 Osprey ketika jatuh di lepas pantai Pulau Yakushima, Jepang, pekan lalu selama misi latihan rutin.

Satu korban, Sersan Staf Jake Galliher yang berusia 24 tahun, ditemukan beberapa jam setelah kecelakaan, sementara penyelamat AS dan Jepang menemukan lima jenazah lainnya pada hari Senin.

Dua orang masih belum ditemukan tetapi semua yang berada di dalam dianggap meninggal, menurut Angkatan Udara AS.

Pesawat tersebut meminta izin mendarat darurat di Yukushima sebelum jatuh di lepas pantai.

Saksi mata memberi tahu media bahwa mereka melihat api keluar dari salah satu mesin sebelum pesawat jatuh ke laut.

Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "seluruh bangsa kita berduka atas kehilangan tragis ini".

"Jill dan saya mendoakan keluarga dan teman-teman yang kehilangan orang yang dicintai dalam kecelakaan mengerikan ini," ujar Biden, merujuk kepada istri pertama.

Keputusan Angkatan Udara untuk menahan armada Osprey diambil untuk mengurangi risiko selama penyelidikan berlanjut terkait penyebab kecelakaan fatal di lepas pantai barat daya Jepang, demikian pernyataan Angkatan Udara.

"Informasi penyelidikan awal menunjukkan potensi kegagalan materi yang menyebabkan kecelakaan, tetapi penyebab mendasar kegagalan ini tidak diketahui saat ini," tambah pernyataan tersebut seperi dilansir dari News.com.au (7/12/2023).

“Menahan Osprey akan memberikan waktu dan ruang untuk penyelidikan menyeluruh guna menentukan faktor penyebab dan rekomendasi untuk memastikan armada CV-22 Angkatan Udara kembali beroperasi penerbangan," jelasnya.

Setelah kecelakaan tersebut, Jepang menghentikan penerbangan Osprey miliknya sendiri dan meminta militer AS untuk melakukan hal yang sama di wilayah Jepang sebagai langkah pencegahan.

Namun, Pentagon mengatakan pada hari berikutnya bahwa hanya unit CV-22 yang mengalami kecelakaan yang dihentikan penerbangannya.

"Amerika Serikat mengambil semua tindakan keamanan yang sesuai, seperti yang kami lakukan untuk setiap penerbangan dan setiap operasi," kata juru bicara Sabrina Singh pekan lalu.

"Unit CV-22 yang mengalami kecelakaan tidak sedang melakukan operasi penerbangan. Semua V-22 Osprey di Jepang hanya beroperasi setelah melalui pemeliharaan menyeluruh dan pemeriksaan keamanan."

Barulah pada hari Rabu, AS mengumumkan bahwa sikapnya telah berubah terkait izin untuk melanjutkan operasi Osprey di Jepang.

Jepang dan AS adalah satu-satunya negara yang diketahui mengoperasikan Osprey, demikian dilaporkan oleh BBC.

Beberapa kecelakaan terbaru telah menyoroti pertanyaan tentang keandalan pesawat tilt-rotor, proyek bersama antara produsen pesawat Boeing dan spesialis helikopter Bell.

Selain kecelakaan fatal di lepas pantai Pulau Yakushima dan Kepulauan Tiwi, empat orang lagi meninggal dalam kecelakaan lain di Norwegia selama latihan NATO tahun lalu.

Tiga Marinir juga tewas pada tahun 2017 ketika sebuah Osprey lain jatuh di lepas pantai utara Australia, dan 19 Marinir tewas ketika Osprey mereka mengalami kecelakaan selama latihan di Arizona pada tahun 2000.

AS sementara waktu menahan pesawat tersebut di Jepang pada tahun 2016 setelah sebuah Osprey mendarat darurat di lepas pantai Okinawa, yang memicu kemarahan di kalangan penduduk setempat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah Kelas Ekonomi Batik Air Dapat Makan?

5 Cafe Disabilitas di Jabodetabek

Sejarah Stasiun Tuntang, Lokasi Syuting “Gadis Kretek”